Pertama
Setelah beberapa tahun mudik
selalu pada hari H, setelah sholat ied di Jakarta baru mudik, tahun ini berbeda
karena ingin ketemu dengan keluarganya mbak yang di rumah, Cecen Asiatika di
Bumiayu. Juga ingin melihat anak keponakan kita, Syakira Paramitha Pujianto lahir di Magelang Minggu 2 maret 2014, di Blok
pasar no 7 RT3/RW2 desa Jenar Wetan, kec Purwodadi, Kab Purworejo Kedu.
Hhmm, sudah membayangkan macet di mana-mana apalagi ditambah dengan amblesnya jembatan Comal-Pemalang yang berada di jalur Pantura. Mencari, mendengar, melihat informasi arus mudik mengalahkan kekhusyukan ibadah puasa Ramadhan, Astagfirullah. Akhirnya kita putuskan untuk berangkat hari Kamis 24 Juli 2014 (H-4, lebaran tahun ini Senin 28 Juli 2014).
Setelah persiapan mudik sudah
selesai jauh-jauh sebelum puasa dan beberapa items yang harus disiapkan
mendekati perjalanan mudik. Dan ada tambahan crew baru dalam perjalanan ini,
yaitu Meutia, walaupun kita sudah menawarkan perjalanan ini ke Abror tapi
mendekati hari H, dibatalkan oleh bundanya karena barusan control giginya, hmm
sedkit mengada-ada alasannya tapi ya sudahlah kita sudah menawarkan yang
penting.
Minggu 20 Juli 2014, Meutia sudah
diantarkan ke rumah sama ibunya dan adiknya, Aulia. Ada guratan kesedihan dari
Aulia karena tidak diajak. Maaf ya Aulia, mobil sudah penuh.
Rabu 23 Juli 2014, pulang
setengah hari dan langsung mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa. Bagasi
penuh dengan tas pakaian, beberapa tas berisi pakaian bekas layak pakai untuk
diberikan ke keluarga Cecen, kue-kue lebaran, dan ada titipan dari Tasdi, OB
kantor, kembang api untuk merayakan malam takbiran di Bumiayu, sekedar info,
Cecen adalah saudara dari Tasdi dan dia yang membawa ke Jakarta untuk kerja.
Ruang di Antara kursi belankang dan tengah berisi tas pakaian dan
makanan-minuman selama perjalanan. kita sudah mempersiapkan nasi, nugget dan
dendeng balado untuk berbuka kita. Tidak lupa pamitan ke pak RT malam harinya.
Kamis 24 Juli 2014, pukul 01:00 anak-anak sudah bangun, mandi dan sahur pakai sate ayam. Cuci baju dan final preparation for mudik. Pukul 03:05 kita berangkat dengan harap-harap cemas dengan kemacetan di jalan. Jam 04:00 kita makan roti dan minum sebelum imsya, sudah mendekati tol Cikampek dan dibuang ke arah Cileunyi karena pantura sudah padat, padat merayap mendekati pintu keluar Sadang, Pukul 05:10 sudah keluar tol dan mencari masjid untuk sholat subuh susah banget karena padat, akhirnya dapat di pom bensin Sadang berlawanan arah mudik, setelah sholat, tidur sebentar karena ngantuk. Pukul 06:15 meneruskan perjalanan. Relatif lancer tanpa kemacetan yang berarti sebelum simpang Tomo. Padat merayap sampai pasar tomo, setelah itu lancar. Masuk tol Palimanan pukul 10:00, ramai lancar dan macet di pintu tol keluar Kanci, belok kanan kearah Purwokerto lancar, di Prupuk mulai macet panjang. Ikut-ikutan orang lewat jalan sawah, sedikit rusak dan beda level jalan yang sedikit tinggi bagi Livina dan bunyi krosak dari bawah mobil. Berhenti sebentar di toilet umum dekat pertigaan Prupuk, waduh airnya keruh tanah banget, mungkin air sungai, Afwa sampai cebok pakai aqua, geli katanya. Setelah lewat pertigaan sedikit lancar dan macet lagi.pukul 13:00 kita berhenti untuk sholat dhuhur jama takdim dan isi bensin. Sudah mau berangkat perut mules, puter balik lagi untuk panggilan alam. Sekitar 10 menit berangkat dan posisi macet sama waduh? Ternyata semua itu dikarenakan volume dan persimpangan kereta yang datang tiap 15 menit? Setelah beberapa jam berjibaku dengan kemacetan akhirnya sampai juga di Bumiayu dan lewat lingkar luar dan perempatan pertama traffic light belok ke kanan dan tembus di pertengahan pasar Bumiayu. Pertigaan pertama langsung belok kanan, sekitar 30 menit ke dalam. Jalan bagus mulus beberapa meter, jalan rusak beberapa meter dan seterusnya. Sampai di pertigaan dekat pasar wage belok ke kanan, sampai di sini sekitar jam 16:00, mulai menapak jalan kecil naik dengan kondisi jalan yang sedikit rusak berkelok tajam, meskipun tidak terlalu tajam, tetap saja bagi livina adalah perjuangan berat, ground clearance yang rendah menjadi penyebab utamanya. Setelah melewati jembatan panjang sempit, hanya cukup 1 mobil dan 1 sepeda motor, memotong sungai besar dan dalam pertigaan pertama belok kiri, rumah Cecen paling ujung dekat hutan. Alhamdulillah sekitar jam 16:30 sampai dan tidak lama diguyur hujan sedang intensitasnya. Setelah berbasa-basi dengan orang tua Cecen, Jakarta-Bumiayu ditempuh sekitar 13 jam dibandingkan hari biasa hanya 7-8 jam. sekitar 17:00 kita pamitan untuk meneruskan perjalanan ke Purworejo.
Menelusuri jalan kembali ke pasar
Bumiayu dan tidak terasa sayup-sayup terdengar adzan maghrib, Alhamdulillah
kita berhasil menempuh perjalanan dengan kondisi berpuasa. Setelah mencari-cari
tempat makan dari pertigaan pasar ke kanan ke arah Ajibarang, akhir dapat
tempat makan kaki lima, setelah beberapa tempat full booked buat buka bersama.
Kita pesan sop kaki, soto betawi dan tongseng tanpa nasi karena kita membawa
bekal dari Jakarta. Dengan tidak menunggu lama, makanan habis dalam sekejap. Menurut
saya harga makanannya mahal untuk selevel bumiayu dan kakilima, berempat plus minum
tanpa nasi kita membayar seketar Rp 150.000.
Berangkat lagi menuju purworejo
melewati jalur Utama selatan. Ada terbersit untuk melewati jalan Daendels, tapi
diputuskan untuk tidak lewat karena menurut cerita jalannya sepi di waktu
malam, kita tidak mau mengambil resiko tersesat atau apalah. Sekitar 21:00 kita
sampai di Rawalo untuk sholat jama’ takhir qasha, isi bensin dan istirahat di
mushola. Sekitar jam 21:30 kita meneruskan perjalanan dengan kondisi tidak
padat, lancar, macet sebentar karena persilangan. Di tengah perjalanan Meutia tidak
kuat untuk menahan pipis, sekitar jam 00:00, menurut penuturan dan pengalaman
istri, Meutia tidak kuat untuk menahan pipis, dengan terpaksa berhenti
dipinggir jalan untuk buang hajat dengan air aqua untuk cebok. Ternyata tidak
terlalu lama, sudah sampai dipurworejo. Sempat Tanya di persimpangan dan
akhirnya pukul 00:30 kita sampai di rumah orang tua Anto, meskipun sudah
diberitahu lewat telpon sambil melihat google map, Meutia yang menunjukkan
rumahnya karena dia pernah main ke sini. Akhirnya kita sampai dengan kejutan
karena tidak telpon Anto untuk menanyakan arah. Terima kasih teknologi, GPS.
Unloading beberapa
barang dan kita disambut dengan hangat oleh anak keponakan kita Hany dan Alka. Mereka
dipaksa untuk bangun karena menyambut kita. Maaf dan terima kasih Hany dan
Alka. Tak lupa langsung memberikan baju lebaran buat mereka bertiga dan kue
lebaran yang di bawah dari Jakarta, Mandi, istirahat sebentar dan tak lama kita
sahur. Anak-anak sudah tidak kuat untuk menahan kantuk. Beberapa saat
dibangunkan untuk sholat subuh yang hanya berjarak beberapa langkah. Wuih capek
bener hari ini.